Jumat, 31 Desember 2010

NEW YEAR!!!!

Okay, it's almost 2011!!! KYAAAAAAAAAA!!
Happy New Year's Eve Everyone!!

Di tahun 2010 ini aku punya banyak banget kenangan. Ada yang manis, pahit, asem, asin, rame rasanya! Dan yang pasti ada kenangan yang ingin aku lupakan dan tidak aku lupakan. *pilih plihi kenangan*
Aku berharap di tahun depan, aku bisa menjadi pribadi yang lebih matang.. Amin..

Ini dia wish aku di 2011:
1. Ketemu dia, sekali aja. Izinkan aku ketemu dia, ngeliat wajahnya walaupun hanya dari jauh. Izinkan aku ketemu dia, ngeliat wajahnya walaupun dia sendiri ga tau. Sekali aja.. Aku kangen..
2. Punya pacar
3. Nilai naik!
4. Uang jajan naik!
5. Berkurang jerawat >,<
6. Tinggi badan naik!
7. Nonton Harry Potter 7 part 2 dengan senang hati. Jangan bersedih karena film Harry Potter tak akan ada lagi. Jangan bersedih karena tak akan ada lagi hal-hal berbau HarPot yang aku tunggu.. *sedot ingus*
8. HPLand makin besar
9. Temen nambah dan gak berkurang.
10. NGELIAT KONSERNYA JUSTIN BIEBER
11. Ngrayain ulang tahunku yang ke 17 bersama orang-orang yang aku sayang
12. Naik kelas dengan nilai memuaskan
13. Banggain orang tua
14. Rajin!!!
15. Gak ada kata 'males'
16. Gak galau
17. Gak cengeng lagi
18. Jangan mudah emosi
19. Wish lainnya menyusul
20. semua wishku dari 1 - 19 terkabul

Hahahahaha dikit kan :-)
And it's time to say Happy New Year!!
*makan es krim strawberry kisses*

Happy New Year's Eve to:
Tito Hasna, Cicik, Yuli, Clara, Puji, Nena, Vita, Arin, Udul, Riska, El, Etitut, Hahab, Mahar, Eni, Okta, Fitria, Alfi, Margaret, Lia, Ria, Bagus Woyo, Ryo, Hawali, Sebastian, Arka, Fany, Amir, Surya, Bayu, Anggia, Adit, Johan, Rizky, Resi, Mei, Kak Gin, Galih, Bang Adit Nagara, Bang Adit Momo, Rista, Acha, Raras, Sandra, Firsta, PUTRA, Farel, Hafizd, Vonny, Eka, Epin, Melinda, Jeng Rifky, Jovita, Fatimah, Aulia, temen temen 15, temen temen HPF, temen temen belieber, temen temen 29.. AND YOU!!! :')

Makasih udah mau jadi bagian di tahun 2010ku..
I ♥ you ALL!!

Friday,
Last day in 2010,
4 hours to 2011,
Feeling lonely..

EgandaGarwahusada

Jumat, 24 Desember 2010

1000 Miles - Vanessa Carlton

Making my way downtown, walking fast
Faces pass and I'm home bound
Staring blankly ahead, just making my way
Making a way through the crowd

And I need you
And I miss you
And now I wonder
If I could fall into the sky
Do you think time would pass me by?
'Cause you know I'd walk a thousand miles
If I could just see you....
Tonight

It's always times like these when I think of you
And I wonder if you ever think of me
'Cause every thing's so wrong and I don't belong
Living in your precious memory

'Cause I need you
And I miss you
And now I wonder
If I could fall into the sky
Do you think time would pass me by
'Cause you know I'd walk a thousand miles
If I could just see you....
Tonight

And I, I..
Don't wanna let you know
I, I..
Drown in your memory
I, I..
Don't wanna let this go
I, I.. don't

Making my way downtown, walking fast
Faces pass and I'm home bound
Staring blankly ahead, just making my way
Making a way through the crowd

And I still need you
And I still miss you
And now I wonder
If I could fall into the sky
Do you think time would pass us by?
'Cause you know I'd walk a thousand miles
If I could just see you

If I could fall into the sky
Do you think time would pass me by?
'Cause you know I'd walk a thousand miles
If I could just see you
If I could just hold you.. Tonight..

Selasa, 21 Desember 2010

Cewek yang Paling Aku Idolakan!!

EMMA CHARLOTTE DUERRE WATSON

Aku udah lama banget ngefans ama cewek cantik ini, sejak pertama kali melihatnya di Harry Potter and the Sorcerer's Stone padahal saat itu dia masih 11 tahun tapi kecantikan dan bakat aktingnya udah keren banget. Pemeran Hermione Granger ini lahir 15 April 1990, masih muda banget kan?





Baru-baru ini Emma Watson dinobatkan sebagai 100 WANITA TERCANTIK DI DUNIA dan di posisi berapakah kecantikannya berada? 2! DUA! Selain sebagai aktris british, Emma juga adalah top model terkenal. Wajah manis dan body-nya yang indah sering muncul dalam majalah - majalah. Burberry (ikon fashion terkenal) pernah mendapuk Emma sebagai Ambassador mereka.

Dilihat dari nama lengkap Emma, dia memang mempunyai darah perancis. Maka jangan heran jika dia mempunyai style yang bagus karena orang-orang Perancis yang kebanyakan stylish! Kedua orangtua Emma (Jacqueline Luesby dan Chris Watson) adalah pengacara terkenal. Wow! Emma memang berasal dari keluarga hebat.


Eh jangan salah lho, meskipun Emma sibuk banget ama dunia entertaiment yang membesarkan namanya, dia tetep belajar buat ngejar cita-citanya! Bahkan Emma termasuk salah satu aktris jenius!! JENIUS! Bukan hanya pintar! Memang seperti Hermione deh dia! Emma pernah ditawari beberapa universitas terkenal sebagai almamaternya termasuk Oxford University tapi Emma lebih memilih kuliah di Brown University Amerika. Hm..




Wajah cantik, terkenal, kaya, pintar lagi! Jadi ya wajar aja kalo ehm mantannya Emma Watson udah banyaaaaaaaaak banget! Siapa sih yang gak suka ama dia? Justin Bieber, Taemin, dan Eunhyuk aja ingin banget ngedate ama Emma Watson! Kalo aku sih kepengen jadi adeknya aja hehe.. Adek ipar maksudnya...... Secara adek kandung Emma Watson, Alex Watson itu ganteng banget nget!!

Setelah membaca tulisanku diatas, wajar kan kalo aku ngefans banget ama ini cewek? Dia juga bukan cewek 'neko-neko' kok dan yang paling aku suka adalah ngedenger Emma ngomong. Aksen britishnya Emma keren banget dan bener-bener khas! Coba deh dengerin suaranya di Harry Potter. Pasti pengen ngerampok suara Emma! Hahaha..









Emma selalu terkenal dengan rambut blondenya yang panjang dan keriting ombak itu, tapi beberapa bulan lalu, Emma memotong cepak rambutnya! Banyak fansnya yang kurang menyetujui perbuatan Emma karena rambut panjangnya merupakan salah satu ciri khas Emma. Tapi ya apa daya, semua telah terjadi dan Emma sendiri fine-fine aja tuh. Dia malah seneng banget bisa bereksperimen dengan rambutnya karena selama ini rambutnya kena kontrak dengan Harry Potter. Dia masih cantik kok :)



Emma selalu senang dapat berinteraksi dengan para penggemarnya. Follow dia di Twitter @EmWatson atau gabung aja di fanspagenya dia di FB facebook.com/EmmaWatson.


Source: Internet


EgandaWatson
eh
EgandaGarwahusada

Sabtu, 04 Desember 2010

Pengen JADI PENULIS TERKENAL!!

Aku suka banget nulis, nulis apa aja deh yang penting nulis. Aku pengen banget jadi penulis novel terkenal ya kayak Raditya Dika, Triani Retno, dan banyak lagi deh! Tapi ya aku belum bisa nulis novel sampe sekarang. MALES. Ya itu alasannya. Tapi kalo aku gak mulai? Kapan aku mau jadi penulis terkenal? Oh..
Banyak temen-temen bilang cerita aku bagus, ya makasih ya tapi aku masih belajar juga kok.
Aku bikin blog ini juga karena aku suka banget nulis, dan ketika penilaian blog di sekolah, aku mendapat nilai tinggi karena menulisku ini. Aku anggota jurnalis sekolah juga, nulis artikel di majalah sekolah gitu. Aku mantan jurnalis DPI (Daily Prophet Indonesia) yang menulis tentang artikel-artikel Harry Potter, dan ketika aku keluar...... banyak juga yang kangen ama tulisanku hehe. Aku punya microblog alias twitter yang umurnya udah lebih dari satu tahun dengan tweets yang lebih dari 30rban hehe biasalah kan aku cerewet!
Hehehe pokoknya aku akan berusaha untuk jadi penulis terkenal!!
Doain aku ya yang baik :)

EgandaGarwahusada

Kamis, 25 November 2010

My IDOLs (?)

Wihiiiiiiiiiiiyy....!!
Okay, guys.. Lemme tell you about my IDOLs, here the are:

Wu Chun






Hihihi... Ganteng banget yak? Aku ngefans ama Wu Chun udah lama banget!! Kelas 8 SMP gitu deh.. Selain ganteng, dia jago akting hm dan perannya selalu penting wih... Dia juga pinter nyanyi loh! Suaranya................ beuh keren abis, udah gitu dia leader dari Fahrenheit (BoyBand terkenal Taiwan). Wu Chun itu TAJIR MAMEN!! Selain dari akting dan nyanyi, dia punya bisnis gym yg banyak banget! Gak heran dong kalo dia itu punya badan kekaar. Wu Chun lahir di Brunei Darussalam, dan baru dua kali ke Indonesia duh dan yg paling ngeilfeel-in aku itu...........................UMURNYA!! NGEK! KEPALA TIGA LEBIH zzzzz


Harry Potter CAST



kiri - kanan : Tom Felton (Draco Malfoy), Emma Watson (Hermione Granger), Rupert Grint (Ron Weasley), Daniel Radcliffe (Harry Potter), Bonnie Wright (Ginny Weasley), Jessie Cave (Lavender Brown)

^TRIO HARPOT^



IMMA HARRY POTTER FREAKS!! Udah pasti ngefans berat ama mereka mereka yg main Harry Potter, apalagi Emma Watson ama Tom Felton. Si Emma itu pinter banget dan di Tom elah ganteng banget hahaha..


Skandar Keynes





Ni cowok ganteng banget, tatapan matanya itu loh MENUSUK HATI haha, namanya Skandar Amin Casper Keynes.. Pemeran Edmund dalam film fantasi Narnia..

Trus ada lagi yang aku idolakan,

Justin Bieber
Joe Jonas
Alex Watson
Dylan & Cole Sprouse
Selena Gomez
and @POCONGGG


Haahahahahaa, tadinya sih mau masang foto mereka satu-satu tapi berhubung malas menyerangku, ya gini deh.................

EgandaGarwahusada

Sabtu, 06 November 2010

Marauders~

My another fan fiction about Harry Potter..
Check it out!!

-----------

Suasana Aula Besar pagi ini seperti biasanya, ramai. Murid-murid duduk di meja panjang asramanya masing-masing. Mereka makan, membaca Daily Prophet, atau bersenda gurau dengan teman-temannya.
"James, kau harus mencoba jebakan-permen-pedas ini untuk Malfoy!" ucap Sirius sambil menggoyang-goyangkan kantung yg dibawanya di hadapan James. James tampak bersemangat,
"Coba kulihat!" James mengambil kantung itu dari tangan Sirius, Sirius memasang muka berharap rencananya diterima.
James mengeluarkan sebutir permen bundar berwarna merah, memperhatikannya dengan seksama, lalu kembali menghadap Sirius di sebelahnya, "Tidakkah kau berpikir ini terlalu mencolok, Sirius?" Peter tertawa terbahak-bahak di tempat duduknya. Ia memukul - mukul meja dengan genggaman tangannya.
"Diamlah, Wormtail! Kau membuat meja kita berantakan!" bentak Remus.
Peter langsung diam dan mengeluarkan kata-kata tak terdengar, kau-yang-diam-serigala!
James menggeleng-gelengkan kepalanya, Sirius berbicara lagi, "Kau patut mencobanya, Prongs!"
"Aku?"
"Iya," Sirius mengiyakan diikuti anggukan Remus dan Peter.
James memperhatikan lagi permen-pedas yang ada di tangannya lagi dan pelan-pelan mendekatkan permen itu ke mulutnya. James menggigit bagian kecil permen itu,
Mukanya memerah, James tampak sangat kepedasan! Dia mengambil jus labu miliknya dengan cepat, merasa kurang, ia mengambil jus labu milik Sirius juga.
Peter, Remus, dan Sirius mentertawakan sikap James. James hanya memandang kesal mereka..

-----

"Mereka berisik!" ucap Lily sambil memandang keempat pembuat onar Hogwarts itu
"Yah! Itulah mereka, Lily!" jawab seorang gadis yang duduk di sebelah Lily
"Aku tak suka sikap mereka, apalagi si James, dia terlalu sok!"
"Jangan bicara seperti itu, benci bisa jadi cinta!"
"Tak akan!" Lily bersungguh-sungguh, ia memandang James sekarang, cowok yang tingginya biasa saja, rambutnya berantakan, kacamatanya miring, dan sikapnya yang menyebalkan itu. Lily bergidik, tak ada satupun dari sifat James yang disukainya.
"Lily?" Snape berbicara di belakang Lily
"Hai, Sev!" Lily terkejut karena Snape membuyarkan lamunannya.
"Setelah ini kau ada pelajaran Ramuan, kan? Ayo kita barengan!"
"Oh, ayo!" Lily bangkit dari tempat duduknya dan berjalan bersebelahan dengan Snape keluar dari Aula Besar.

-----

"Hei, Prongs!" kata Peter
"Apa?" tanya James
"Lily Evans! Bersama......... " balas Peter sambil menunjuk ke pintu Aula
James, Sirius, dan Remus melihat ke arah yg ditunjuk Peter.
"Snivellus," mereka berempat berkata serempak.
Setelah Lily dan Snape menghilang dari pandangan mereka, James tampak kesal.
"Si Rambut berminyak itu--" desis James
"Prongs!" celetuk Sirius
"Kau berpikir hal yang sama, Padfoot?" tanya James
"Kalian mau apa?" Remus tampak cemas
"Jangan khawatir, Moony! Kau tau kan kita pembuat onar nomor satu Hogwarts?!" tanya Peter
"Tentu, tapi, jangan berlebihan!"
"Kita hanya akan buatnya jera, ya kan, Prongs?" Sirius mencari teman, James mengangguk.
"Oke, aku ikut!" Remus menyerah, yah, dia memang berteman dengan pembuat onar, dan dia bangga.
"Kapan?" tanya Peter
"Ketika aku menikah dengan Lily! Ya sekarang, Wormtail!" jelas James
Sirius dan Remus tersenyum.

---

”Cepat habiskan makananmu, Sirius! Atau kita akan kena detensi karena terlambat mengikuti kelas Prof. Slughorn!” kata Remus. Sirius menatapnya kesal. Ia menengguk segelas jus labu sebagai penutup makan siangnya yang setengah terburu-buru ini.
”Sejak kapan Marauders takut terkena detensi?” Sirius mengerling ke arah James yang berada di sebelahnya. James menggeleng sambil membereskan buku-bukunya yang tergeletak begitu saja di atas meja makan Gryffindor.
”Kurasa kali ini kau harus menyetujui perkataanku. Hahahaha.” Remus terbahak melihat Sirius tak dapat menemukan alasan untuk membantahnya.
Keempat Marauders berjalan meninggalkan meja makan Gryffindor, melewati pintu aula besar yang sebelumnya telah dilewati oleh Severus dan Lily. Peter yang berjalan paling lambat diantara mereka berempat berjalan paling akhir, Remus memimpin rombongan itu gagahnya seperti sedang memimpin sebuah pasukan yah pasukan pelanggar peraturan, sedangkan Sirius dan James tengah berdiskusi tentang apa yang akan mereka lakukan terhadap Snape sambil sesekali terkikik.

Di kelas ramuan.

”Aku lupa kalau hari ini kita mengikuti kelas ramuan bersama Slytherin,” bisik Peter kepada ketiga sahabatnya.
”Tidak begitu terhadap James. Dia selalu ingat kapan akan mengikutin kelas bersama saingannya yang berhidung bengkok itu,” kekeh Sirius.
James memukul kepala Sirius dengan buku yang ada ditangannya.
”Aw!” Sirius memegang kepalanya yang menjadi korban penganiayaan James. Ia tidak memutuskan untuk membalas dengan pukulan yang sama.
”Oh! Ini dia keempat murid bandel Gryffindor. Nyaris terlambat. Penganiayaan terhadap buku pelajaranku. Nyaris terlambat. Berisik. Dan tidak minta maaf!” suara Prof. Slughorn menggema di kelas ramuan. James bisa merasakan seluruh murid di kelas itu memperhatikan mereka sekarang.
”Er, Sir, maaf. Tetapi Anda menyebutkan ’nyaris terlambat’ dua kali,” James membela diri.
“Ah, dan membantah! 5 points akan diambil dari Gryffindor!” Prof. Slughorn memalingkan wajah dari keempat murid terlambat itu, “Duduklah dengan tenang bersama teman-temanmu yang lain.”
James, Sirius, Remus, dan Peter bergerak dengan malas. James dan Sirius mengambil tempat duduk di sebelah Lily dan Severus yang tengah memandang mereka dengan pandangan mencela, sedangkan Remus dan Peter duduk di belakang mereka.
“Bisakah kalian untuk sekali saja tidak membuat poin asrama berkurang?“ Lily bersuara pelan namun dalam. Severus menahan tawa.
”Suruh pacarmu untuk diam, Lily, kami sedang tidak ingin berdebat denganmu!” Sirius berkata sama pelannya dengan perkataan Lily.
Wajah Lily memerah dan segera memalingkan. Severus memandang Sirius seakan ingin melahapnya sekali telan lalu mengikuti arah pandangan Lily.
Sirius menghadap ke James dan berbisik, “Apakah menurutmu mereka pacaran? Kau lihat tadi wajah Lily memerah ketika aku bilang Snivellus itu pacarnya?”
“Ya, entahlah.” James mengangkat bahunya.
“Kurasa kau kalah dari si hidung bengkok itu…”
“Jadi? Aku terlambat?”
“Mungkin, James, kau masih ingin menjalankan aksi kita untuk Snivellus?”
”Aku tak tau, Sirius.”
”Kau merelakan Lily?”
”Tidak! Tentu saja tidak!”
”Lalu?”
”Aku hanya.....” James menelan ludah, ”Aku tak ingin dia makin membenciku jika kita melukai pacarnya..”
”Mr. Potter dan Mr. Black, bisakah kalian menjawab pertanyaan yang baru saja kukatakan?” Prof. Slughorn menyela pembicaraan Sirius dan James.
James dan Sirius saling berpandangan ngeri, mereka tidak tau apa yang ditanyakan oleh Prof. Slughorn.
“Kuulangi sekali lagi. Sebutkan bahan – bahan ramuan yang dimulai dari huruf A, jika kalian membaca buku seharusnya kalian tahu..”
James menghela napas lega, “Aconite, Sir. Atau nama lainnya monkshood atau wolfsbane.”
“Armadillo Bile, Ashwinder eggs....” Sirius melanjutkan,
“dan Ashpodel,” tambah James.
Prof. Slughorn menatap kedua murid dihadapannya itu, “Yah, benar. Lain kali jangan berbicara sendiri di kelasku. Aku berharap lebih dari kalian berdua, murid paling pandai angkatan ini!”
James dan Sirius tersenyum penuh kemenangan dan mulai mengeluarkan perkamen serta pena bulu untuk mengikuti pelajaran ramuan dengan serius.
“Nah, apakah dari kalian ada yang tau darimana batu bezoar bisa didapatkan?” Prof. Slughorn menunjukkan ke seluruh murid sesuatu yang dipegangnya, bentuknya keras- seperti batu.
Tangan Lily Evans terangkat, dan Prof. Slughorn tersenyum memandang murid favoritnya itu. “Yang lainnya?”
Sirius berbisik lagi ke James, “Kau tau kan, James?”
James mengangguk.
“Bersikap ksatria, rupanya?”
“Diamlah!” James sedang memandang Lily, memperhatikan rambut merahnya yang terurai, menatap mata hijau indah milik orang yang dikasihinya itu. Lily tersenyum dan James mendapati dirinya nyaris tak bisa bernapas.
Lily tersenyum ke Prof. Slughorn yang telah mengizinkannya untuk menjawab pertanyaan, “Dari perut kambing, Sir.”
“Tepat, Ms. Evans! Sekarang tugas kalian adalah membuat esai sebanyak 300 kata tentang bahan-bahan yang kita butuhkan untuk membuat ramuan pada tahun ini. Dikumpulkan pada pelajaran berikutnya!” Prof. Slughorn mengamati seluruh murid di ruangan itu yang sekarang sedang menghela napas berat mendengar tugas.
Lily tersenyum ke arah Severus karena jawabannya benar. Severus membalas senyuman itu. Dan James Potter telah berhenti menatap Lily.

*to be continued*

Sabtu, 26 Juni 2010

someone new

Pagi di Hogwarts kali ini cepat sekali, kamar ini berwarna hijau terang, aku tak perlu keluar untuk memastikan apakah matahari sudah menampakkan wajahnya atau belum, sungguh membuang waktu saja!
Walaupun begitu, aku masih lelah, aku tak ingin segera bangkit dari tempat tidurku dan memulai kembali semuanya! Yah, Voldemort telah mati, aku tak bersedih, malah justru merasakan sebaliknya, well- setidaknya keluargaku sudah bebas, dan juga dia.....
Suasana Hogwarts sudah kembali seperti biasanya, jauh sebelum Voldemort meneror dengan kegelapannya bahkan mungkin atmosfer disini terasa lebih menenangkan atau panas. Setiap murid yang dipulangkan sudah kembali bersekolah -termasuk aku tentu saja- tak ada alasan lagi para orangtua untuk mengambil anak mereka, kini Hogwarts sudah aman, dunia sihir sudah aman.
Potter juga kembali menjadi sorotan- seperti kejadian kejadian menakjubkan yang pernah ia lakukan, dan aku tak semuak dulu. Dia memang pantas dibanggakan, the boy who lived. Hubunganku dengan dia juga sudah membaik, harus kuakui, dia telah banyak menolongku, mempertaruhkan nyawanya untuk nyawaku. Tapi, aku juga tidak ingin berutang budi padanya, ibuku sudah menebus hal itu, yah..
Potter, Weasley, dan Granger. Mereka nyaris tidak mengikuti pelajaran pada tahun ini, mereka sangat ketinggalan jauh, tapi mungkin kepala sekolah yang baru -Prof. Mcgonagall- memberikan mereka suatu -aku tidak yakin apa- untuk membuat mereka bisa lulus Hogwarts bulan depan, entahlah, aku tak peduli, benar-benar tidak peduli, dan juga tak ingin peduli, termasuk kepada.......
Hermione Granger....
Aku tak tau apa yang terjadi dengannya dan si Weasley selama mereka berkelana, tapi mereka semakin dekat saja, siapapun bisa melihatnya. Aku tak suka!
Entah sejak kapan perasaan ini timbul, aku tak tau.
Mungkinkah? Sejak kelas dua? Sejak bahaya pewaris Slytherin tentang mereka yang berdarah muggle? Aku memang memperingatkan Granger tentang hal itu, karena aku ingin melihat Potter ketakutan, tapi aku telah menemukan alasan yang lebih baik, aku ingin dia berhati-hati tapi aku malah membuatnya ketakutan hahaha BODOH!
Aku.. Aku juga ingat pernah memanggilnya Darah-Lumpur! Aku sangat tak sadar ketika kata-kata yang cukup untuk membuat hatinya terluka itu keluar dari mulutku! Aku hanya mengungkapkan perasaanku, perasaan kecewa tentu saja. Siapa sih yang tidak kecewa dihina masuk tim Gryffindor hanya gara gara uang? Bukan aku! Bukan Draco Malfoy!
Di kelas 3, dia menamparku, harusnya aku malu karena aku ditampar didepan orang, tapi sejujurnya aku malu pada diriku sendiri, aku malu telah membuatnya begitu marah padaku, begitu ingin menamparku, begitu membenciku!
Pernah sekali aku begitu mengaguminya, ia memerintahkan Hagrid untuk membawaku ke Madam Pomfrey begitu seekor kuda bersayap dan berkepala elang -mereka menyebutnya Buckbeak, eh? Untuk apa menamai binatang seperti itu?- mematahkan lenganku. Ia begitu cepat dan tanggap, seolah-olah ia memperhatikanku, dan tentu saja ini hanya egoku, bah! Tak mungkin si Granger sebegitu pedulinya terhadapku dan dia bisa saja peduli terhadap semua orang. Tapi? Juga padaku? Musuhnya? Ah!
Dan di kelas 4, aku melihatnya menjalin hubungan yang spesial dengan Krum, peserta Quidditch yang menurutku bodoh, hanya mengandalkan kekuatan fisik. Tapi mengapa Granger menyukainya? Sungguh! Aku tak mengerti apa yang dipikirkan oleh perempuan!

Tapi, aku yang bodoh, aku yang salah,
Aku tak pernah berani mengungkapkan perasaan ini kepadanya, hingga..... terlambat!
BAH! Seorang Draco Malfoy kalah merebut Granger dari Weasley miskin?
Aku tak percaya! Tapi itulah yang terjadi sekarang! Aku hanya bisa tertawa perih, menahan air mata! Takkan kubiarkan Granger membuatku menangis, takkan!

Tunggu!
Apa yang dari tadi kupikirkan? Argh!!

When a man loves a woman, can't keep his mind on nothin' else

Aku bangun dari tempat tidurku, ini hari Minggu yang cerah, aku ingin refreshing-
Dengan cepat aku berjalan ke pintu, ternyata ada Goyle, sepertinya ia dari tadi ingin menemuiku,
"Ada apa, Goyle?" tanyaku sambil lalu, wajahnya begitu senang, sepertinya ia senang tak perlu membangunkanku.
"A.. Aku.." ia kehilangan kata-kata.
"Yeah? Apa kau ingin mengatakan aku mencintaimu, Draco! seperti yang di film-film?" (well, aku, Egand, gak tau apakah di dunia sihir ada film juga atau tidak, jadi abaikan masalah filmnya ya!) kataku, beranjak dari hadapannya untuk duduk di sofa.
Goyle tersenyum, "Tentu saja tidak! Kau tau Astoria Greengrass? Gadis Slytherin di bawah kita?"
"Tidak" sahutku cepat.
Goyle duduk di sebelahku, "Dia, adiknya Daphne, teman kita.."
OH! Kalau begitu aku ingat! Dia lumayan sering bercanda dengan Daphne, aku juga beberapa kali melihatnya. Dia, manis untuk ukuran anak Slytherin.
"Ya" jawabku, "Kenapa?"
Goyle tiba-tiba menunjukkan ekspresi yang tidak bisa kutebak, "Dia memintaku untuk menanyakan apakah kau sibuk hari ini? Dia ingin menemuimu di Hogsmeade!"
Apa?! "Er, kenapa?"
"Entahlah, mengenalmu lebih dekat mungkin!" jawabnya asal.
"Aku tak sibuk, mungkin aku akan mempertimbangkannya.."
"Benarkah?" Goyle tampak sumringah.
"Hei! Aku bilang mungkin dan jangan tunjukkan wajah seperti itu lagi, membuatku merinding saja!" Aku bangkit dari sofa, bergerak menuju kamar mandi.

---HOGSMEADE---
Astoria Greengrass, dia di hadapanku, sepertinya bingung akan mengatakan apa. Dan aku juga diam saja, aku masih shock dengan pemandangan yang aku lihat sebelum kesini. Hermione berjalan bergandengan tangan dengan Weasley. Menyakitkan.
Tapi aku tak boleh menunjukkan rasa sedih, sesal dan amarahku terhadap gadis manis dihadapanku. Menangis di depan perempuan? Bukan diriku!
"Draco," akhirnya Astoria bicara juga, aku menatapnya, wajahnya begitu memancarkan ketenangan, indah.
Aku lupa menjawab. Tapi Astoria tidak membutuhkan jawaban, ia melanjutkan, "Kau tau? Aku sudah lama memperhatikanmu," dia berhenti lalu menambahkan, "Aku ingin lebih dekat denganmu, kau mengijinkanku?" suaranya yang merdu terdengar mantap.
Aku masih terkesima, lalu entah siapa yang memulai, wajahku dengan wajahnya hanya tinggal beberapa senti,
Di bawah pohon, di kelilingi salju di sekitar Hogsmeade-
Kami berciuman..

Kamis, 27 Mei 2010

Belati Perak Xia

Rose mengambil belati perak di atas mejanya. mendekatkan ujungnya yg mengkilat ke pergelangan tangannya - menyayatnya perlahan. Rose tersenyum, "aku.. bebas..."

(di atas meja, ada sepucuk surat "roselna, terimakasih telah membunuhku! aku menantimu di surga..")



~



"BODOH..!" Xia mengobrak - abrik semua yg ada di atas meja. mengambil belati perak yang memang sengaja ia taruh disana. sekali lagi melihat ke tubuh Rose yg tak bergerak. sesuatu terlintas di benaknya- Xia keluar dan membanting pintu. meninggalkan saudarinya tidur dalam keabadian yang sempurna- senyum kehampaan menghiasi wajahnya. Rose sekarang bebas..



2 bulan kemudian~



Ruangan putih berbalut emas pastinya membuat kehangatan bagi siapapun yang berada di ruangan itu, namun, seperti hanya hiasan yang tak bergerak- kehangatan itu tidak bisa memasuki hati seorang yang tengah duduk membaca koran. Matanya memang tertuju ke koran, tapi pikirannya sedang berkelebat..



"Tuan..?"

Seorang pria gagah berusia sekitar 30 tahunan menyapanya penuh hormat. Yang disapanya mengalihkan pandangan dari koran,

"Duduk, Tuan Joe!"

Tuan Joe duduk di depannya.

"Ada kabar baru?"

Tuan Joe terdiam seakan memilih setiap kata yang akan keluar. Sang Tuan Rumah menyeruput kopi paginya sambil menunggu.

"Er, Yaa.. Kami telah mengetahui arti semua kejadian yang ada disini. Dan juga pelakunya.."

Tuan Rumah menatap mata tamunya itu,

"Siapa?"

"Hm, Putri Anda, Tuan. Miss. Xia.."

"Oh," Tuan Rumah terdengar biasa saja.

"Tuan, Kenapa Tuan biasa saja? Miss Xia sudah berbahaya sekarang-" Katanya sambil melirik Tuan Rumah.

"Joe, Saya sudah tahu apa yang diperbuat Xianta. Meskipun ia yang membunuh ibu dan kakaknya sendiri, hanya ialah keluarga yang Saya punya.. Dia masih anak Saya,"

Joe terdiam, "Maafkan Saya Tuan, Saya tahu.. Tetapi, Dia bisa saja mencelakakan Tuan juga. Saya rasa Miss. Xia perlu dipindahkan- diobati..."

"Jika Xia ingin membunuh Saya, Saya siap.. Dan Joe, bukankah kau tahu? Bahwa Xia tidak dapat diobati? Saya menghargai Anda yang membantu Saya menyelidiki ini semua. Terimakasih! Dan Saya rasa, bantuan Anda sampai disini saja. " Tuan Rumah menyeruput kopinya kembali.

"Maafkan Saya Tuan!"

Joe berbungkuk memberi hormat dan keluar.

Sang Tuan Rumah juga berdiri, bergerak menyusuri sebuah lorong kecil yang ujungnya terdapat pintu kayu mungil namun klasik.

Xianta Hua sedang memahat sebuah nama 'MAMA' di dinding menggunakan belati peraknya-

Tuan Rumah berdiri di depan pintu, menatap sedih anaknya.. Air matanya mengalir.

"Mama.. Mama.."

Xia berdesis sambil terus memahat,

Tuan Rumah mendekati anaknya, memeluknya penuh kasih sayang....

"Kau masih anakku,"





** Rose, Kakak Xia. Meninggal dengan tenang- Dia tidak pernah membunuh siapapun. Surat itu adalah kiriman dari Xia.. Xia meneror kakaknya dengan surat - surat sejenis. Hingga akhirnya Rose bunuh diri. Dia bebas dari adiknya..



** Nyonya Hua, ibu Xia. Setahun yang lalu meninggal dengan tenang. Xia yang membunuhnya. Ketika itu Xia sedang mengamuk di dapur karena tidak boleh keluar. Dia memegang belati perak di tangannya. Ibunya berusaha mengambil belati itu, namun, Belati itu menancap tepat ke jantung Ibu Hua. Xia hanya tersenyum-



(Xianta Hua, menderita penyakit yang dirahasiakan oleh keluarga Hua.. Sejak kecil, ia senang melihat darah... Sejak ulangtahunnya yang ke 4 ia diberi hadiah belati perak oleh yang tidak dikenal)



----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Thanks To::

.Tuhan Yang Maha Esa (Tanpa-Nya, crita ini tak akan bermakna)

.Kak Vitrie Q. Aerru Gfamz (dapet inspirasi dari catatannya :D)

♥ Cinta Yang Pergi ♥

"ARGH!"

Gita terjaga dari tidurnya, dia duduk sekarang, keringat mengucur di pipinya yang merona, wajahnya ketakutan.

"Rico," Gita menggumam. Dipejamkan matanya, kejadian itu serasa baru terjadi kemarin.....



~~~



"Gitarini!" Rico menepuk pundak dan langsung duduk disebelah Gita. Wajah Gita memerah,

"Sshht! Jangan sebut nama panjangku! Memalukan!" Kata Gita sambil menengok kanan kiri jika ada yg mendengar. Tapi sekolah sudah siang, semua murid sudah pulang.

"Nama yang indah," ujar Rico sambil tersenyum. "Itu pemberian orangtuamu, Git!"

"Apakah kau masih menganggap orang yang telah mencampakkan dirimu dan ibumu masih kau sebut orangtua?" Gita melotot,

"Setidaknya, dia orangtuamu. Bagaimanapun dia sekarang,"

"Diam!"

Rico memandang Gita dan Gita membuang muka darinya.

"Ayo!" Seru Rico sambil menarik tangan Gita.

"Kemana?"

"Ya pulang dunk! Ini sudah siang, kita belum makan.."

"Oh,"

"Hm, terimakasih juga telah menungguku," Rico tersenyum lagi..

"Ha? Siapa yang nungguin kamu?" Tanya Gita gelagapan, senyum Rico menghilang tapi tangannya masih menggenggam tangan Gita..

"Oh kukira.."

"Jangan bodoh! Hahhaha, kita kan sahabat," Gita menangis di dalam hati, Gita berbohong akan perasaannya.

"Kau benar, Git!" Ucap Rico santai.



Kami berjalan melewati taman yang indah, Gita dan Rico melihat tukang es krim,

"Kau mau?" Rico bertanya ke Gita.

Gita tersenyum, Rico benar - benar perhatian, ucap Gita dalam hati.

"Ayoo!"

Gita dan Rico menyeberang jalan menuju ke tukang es krim itu.

"Mau rasa apa, Mas? Mbak?" tanya si penjual.

Gita hendak berbicara, namun Rico menyelanya, "Coklat dua,"

AH! Rico tau apa rasa kesukaan Gita, Gita tersenyum lagi, dia tak salah punya sahabat seperti Rico, atau, apa Rico memang hanya jadi sahabatnya? Ini harus dihentikan! seru Gita dalam hati.

Gita merogoh-rogoh kantung rok SMA-nya, Gita kehilangan surat yang hendak diberikannya ke pada Rico. Matanya bergerak mencari kertas itu- siapa tau jatuh di jalan! Ternyata benar! Surat kecil itu terjatuh tepat di tengah jalan raya. Gita melihat kanan-kiri dan memutuskan jalanan cukup sepi dan ia bergerak mengambil surat itu. Rico tidak memperhatikan Gita yang berjalan ke tengah jalan--



TEEEEEEEET!!

Ketika Gita membungkuk mengambil surat itu, Truk besar sedang berjalan ke arahnya. Gita terpaku di tengah jalan, hidupnya akan berakhir!

"Gitaaaa!"

Rico memanggil, tapi Gita tidak menoleh sedikitpun dari truk yang akan menghancurkan tubuhnya itu!

Detik demi detik berlalu, hingga akhirnya Gita merasa sesuatu menghantam tubuhnya, Gita terpental ke sisi jalan. Aneh, rasa sakit itu kurang jika memang Gita ditabrak oleh truk sebesar tadi. Gita mampu bangun dan membuka mata,

Ada yang berteriak!

Gita memegang kepalanya yang berdarah akibat benturan, tapi benturan itu tidaklah parah! Gita memfokuskan diri ke kerumunan oarng yang lebih banyak, mereka mengerubungi sesuatu..

"Nggak papa, Mbak?" tanya seorang Gadis ke Gita. Gita menggeleng. Gadis itu membantu Gita berdiri dan menuntun Gita ke tempat kerumunan lain,

Petir bagai menyambar hati Gita, Dia melihat Rico sedang sekarat! Seluruh wajah dan badannya dipenuhi darah, dan, dua es krim yang tadi dibelinya kini berceceran di aspal.

"Ricoooooooo!!" teriak Gita sambil memeluk wajah Rico, airmatanya jatuh ke pipi Rico.

"Gita?" suara keluar dari bibir merah Rico,

"Rico, kau harus bertahan! Kau harus bertahan!" Gita gelisah, "Panggilkan ambulans!" perintah Gita ke orang-orang yg mengelilinginya.

Tangan Rico memegang wajah Gita, "Kau terluka, maafkan aku!"

"Bodoh! Kau lebih parah!" Gita menangis sesenggukan.

"Tapi aku sudah berjanji tak akan membiarkanmu terluka, maaf! Aku tak menepati janjiku"

Gita tak bisa berbicara, ia hanya diam tapi airmatanya tak mau diam.

"Git, aku sayang kamu! Maaf atas segalanya! Maaf aku membuatmu terluka, maaf aku membuatmu menangis, dan maaf, aku tak bisa menemanimu lagi.." ucap Rico lirih.

Mata Rico menutup dan menghembuskan nafas terakhirnya--

"RICO!!!!" Gita berteriak sekuat tenaga, tapi Rico tak kembali- dia pergi! Tangan-tangan orang menepuk pundaknya,

"Sabar, Mbak!"



~~~



Gita menangis, kejadian itu sudah 2 bulan yang lalu, tapi Gita masih sedih juga. Dia kehilangan sahabatnya- Cintanya!



TING TING TING TING!



alarm di hape Gita berbunyi, Gita segera mengambil hape di samping tempat tidurnya.

Tangis Gita semakin menjadi - jadi, sekarang jam 12 malam tanggal 5 Februari--

"Selamat ulang tahun, Rico!" Gita tersenyum dan meletakkan hapenya jauh dari pandangannya.

Sementara itu, Hape itu masih berkedap-kedip menunjukkan foto Gita dan Rico tengah berangkulan diikuti tulisan 'Happy Birthday, My Rico'...........





----------------------------------------------------------------------------------------------

selamat membaca :')

nb : kisah ini hanya semata-mata hiburan dan terlintas di benak saya, saya menyalurkannya kepada kalian, maaf jika terjadi kesamaan nama tokoh, tempat atau kejadian, ini hanya kebetulan semata,

JAGALAH CINTA KALIAN :D



with love,

eganda xiao hua

Dilemaku Saga :)

Episode 1 -::- Dilemaku - Dilema Hermione

"Err, GINNY!"

Aku dan Ginny berbalik, aku melihat Cedric tersenyum.

"Ah, Aku duluan Ginny" pamitku.

Ginny mengangguk. Aku tersenyum singkat kepada Cedric sebelum meninggalkan mereka berdua.

Entah apa yang terjadi dengan mereka. Diam - diam sering bertemu di belakang Harry. Sayangnya aku belum berani berkata apapun kepada Harry. Maafkan aku sahabatku!



"Hermione!"

Seseorang membuyarkan lamunanku. Suara yang sudah aku kenal lebih dari semenjak aku bersekolah disini. 2 sahabatku berlari ke arahku.

"Hei Harry! mmm.. hei Ron!" aku menambahkan sapaan terakhirku dengan ragu.

wajah Ron memerah untuk alasan yang tidak ku ketahui.

"Mana Ginny??"

"Ya, mana adikku? Bukankah kau tadi bersamanya Hermione?"

Ah! satu hal yang aku takutkan, aku tidak pandai berbohong.

"Er, Ginny? Tadi dia minta ijin duluan ke perpus. Ada tugas katanya-"

"Kenapa kau tidak ikut dengannya? Aku tahu kau ahli dalam mengerjakan tugas,"

Mukaku memerah, melotot ke Harry.

"Membantu mengerjakan tugas maksudku," Harry merasa bersalah.

"Aku lelah" kataku angkuh dan bergegas meninggalkan Harry dan Ron yang mematung. setidaknya mereka tidak curiga.



"MERPEOPLE," kataku kepada Lukisan Nyonya Gemuk yang sedang melatih suaranya seperti biasa.

Lukisan mengayun ke belakang, aku berjalan menyusuri pintu tersembunyi di belakang lukisan itu. Ah~ aku menghempaskan tubuhku ke tempat duduk panjang di depan perapian.

"ARGH! BODOHNYA DIA BICARA HAL ITU!"

aku mendengar Harry berteriak.

"Kami tadi bertemu Draco diluar dan dia berkata sedang melihat Ginny bersama Cedric," Ron menjawab pertanyaan yang belum sempat keluar dari mulutku. Tetapi jawaban itu cukup membuatku terpaku, apa saja yg dikatakan Draco?

"Duduklah sobat! Jangan perdulikan Malfoy! Dia tidak tahu apa yang dia katakan," Ucap Ron sambil menyuruh Harry duduk di sebelahku.

"Tapi..." Harry tidak meneruskan ucapannya, pikiran dan batinnya tengah bertarung.

"Kau tidak percaya adikku?" Pertanyaan Ron lebih tinggi satu oktaf. Hal ini membuatku tercengang.

"Bukan, tapi..."

"Ada apa Harry? Katakan saja!" bujukku sebelum Ron menunjukkan rasa 'sayang'nya kepada Ginny.

"Kalian tahu? Bukan cuma Malfoy yang bicara seperti itu," Harry memulai.

"APAA?" aku dan Ron berteriak bersamaan. Untunglah asrama sedang sepi, semua murid sedang makan siang di Great Hall.

"Er, tiga hari yang lalu, seorang gadis ravenclaw mengajakku bicara. Dia sahabat dari Cho. Dia bilang Cho menangis semalaman gara-gara melihat Ginny dengan Cedric. Dan dia memintaku untuk lebih memperhatikan Ginny..." Harry berhenti, "Tetapi aku tidak percaya kepadanya, dan aku memakinya!"

"Oh Harry!" Aku merangkul Harry sementara Ron terdiam.

"Ada apa Ron?"

"Adikku tidak seperti itu!!"

"Oh, kami tahu Ron!"

"Lalu kenapa kaliani seolah tidak mempercayainya??"

"Tenang Ron! Aku hanya menceritakan apa yang membuat pikiranku penuh akhir-akhir ini!" Harry bicara, tapi kata-katanya seolah menyulut emosi Ron. Muka Ron merah saking marahnya.

"OH, jadi kau memikirkan adikku juga? Setauku kau hanya memikirkan dirimu sendiri yang telah termakan oleh julukan THE BOY WHO LIVE!!"

"Tentu aku memikirkan Ginny, Ron! Dialah yang ku sayang! Sudahlah Ron, aku sedang tidak ingin berdebat denganmu!"

Harry berjalan ke kamarnya sementara Ron duduk di tempat yang tadi di duduki Harry. Aku merasa lelah, Aku bergerak ke pintu.

"Mau kemana kau?"

"Mencari udara segar, Ronald!"



Dan aku keluar. Tempat yang kupikirkan- Pondok Hagrid.

Aku berjalan,



"Lihat siapa yang kesini! Granger Si Darah Lumpur!"

"Tutup mulutmu, Malfoy!"

Draco berjalan ke arahku, aneh, dia sendirian. Tidak seperti biasanya yang selalu ditemani oleh kedua dayang - dayangnya.

Tangan Draco memegang wajahku. Aku menampiknya dengan keras.

"Oh, ada masalah, Granger? Kurasa wajahmu tampak lebih jelek dari biasanya!"

"Bukan urusanmu, Malfoy! Minggir!"

Draco menghalangi jalanku, "Kurasa bukan masalah antara Harry dengan Ginny?" Godanya dengan tatapan mata yang luar biasa memuakkan.

"Apa yang kau ketahui Darah-Murni-Malfoy??"

"Apa yang ku ketahui, Granger? Semuanya! Tadi aku melihatmu meninggalkan Gadis Weasley itu dengan Bintang Hufflepuff, dan aku mengatakannya kepada Harry. Sayang, dia terlalu bodoh untuk mengerti arti kata-kataku."

Aku terdiam. Tangan Malfoy memegang wajahku lagi,

"Dan aku tahu kau sedang merahasiakan ini semua demi persahabatan kalian! Benar?"

Malfoy melepaskan tangannya.

"Aku punya penawaran menarik denganmu, Granger.."

Aku menatapnya tersenyum, sesuatu yang sedang dipikirkannya pastilah buruk.

"Aku bisa menjaga rahasia ini, Granger! Tapi tentu tidak akan gratis," Dia berhenti, kemudian tersenyum lebih licik, "Jadilah pacarku, Granger!!"



Episode 2 -::- Dilemaku - Musuh dan Pangeran Hermione

Aku tersentak mendengar setiap kata yang diucapkan Draco. Benarkah? Tidak mungkin! Aku terdiam, semilir angin mengoyangkan rambutku- Hatiku....

"Kenapa diam, Granger? Kaget? Hahahaha," Draco tertawa seperti tak ada beban sedikitpun setelah mengatakan hal itu.

"Apa maumu sebenarnya, Malfoy?" Tanyaku berusaha bersikap biasa.

"Apa kau bodoh, Granger? Apa kau tuli? Aku sudah mengatakan apa mauku! Jadilah pacarku!"

Aku menampar Malfoy--

"Memangnya kau anggap aku ini apa? Jangan samakan aku dengan semua gadis yang pernah kau kencani, Malfoy!"

Aku menggertak, semua tubuhku benar - benar gemetaran. Aku takut membayangkan apa yang akan terjadi setelah ini. Aku menampar Draco- Pewaris Tunggal Keluarga Malfoy!

Namun, tak terjadi apapun. Aku memberanikan diri menatapnya.

Dia sedang memegang pipinya yang memerah- menatapku heran dan ada sorot mata yang tak bisa kuartikan.

"HERMIONE!"

Aku melihat ke arah suara. Ginny dan---- Cedric!

"Sedang apa kau disini?" Ginny mengerling ke Draco, "Bersama dia pula!"

Draco pergi tanpa bicara. Ingin Aku mengejarnya, masalahku belum selesai dengannya. Tapi ada Ginny dan Cedric disini- melihat sesuatu yang membuat mereka penasaran.

"Ayo pergi," ajak Cedric.

Ginny dan aku mengangguk.

"Kau belum menjawab pertanyaanku tadi, Mione, dan... aku melihat Draco memegang pipinya yang memerah, dia kenapa? Apa kau menamparnya?" tanya Ginny lagi. Meskipun Cedric sedang tidak memperhatikan kami, aku merasa ia akan menangkap semua jawabanku.

Aku membuka mulut akan menjelaskan, tapi seseorang berlari ke arah kami. Aku kenal dia- Marietta Edgecombie.

"Ced, Cho-- dia belum makan sejak tadi pagi. Aku rasa ada yang terjadi dengannya," Ucap Marietta terengah - engah.

"Apa? Dia dimana sekarang?"

"Di halaman belakang, temui dia, Ced!"

"Iya, Ginny, Hermione, aku pergi dulu," Cedric pergi- dia benar - benar cemas.

Marietta memandang sinis ke arahku dan Ginny lalu pergi menyusul Cedric.

Aku melirik Ginny..

"Kenapa kau memandangku seperti itu, Hermione?"

"Kau tidak--"

"Tidak apa?"

"Kau tidak cemburu?" Aku bertanya pelan dan hati-hati.

"Cemburu? Kenapa? Oh, Kau tidak mengira aku selingkuh dengan Ced kan?"

Aku nyengir, Ginny tau artinya.

"Jangan ngawur, Hermione! Aku dan dia hanya berteman! Dia selalu meminta saranku bagaimana cara meluluhkan hati Cho yang sekarang berbeda," Ginny menjelaskan.

Aku segera memeluk Ginny, "Maafkan aku yang berprasangka buruk.."

"Tak apa. Percayalah padaku, aku sayang Harry!"

Aku mengangguk dan kami berjalan ke ruang rekreasi tanpa bicara.

"Hermione, Ginny, Darimana saja kalian?"

"Hari yang indah untuk jalan - jalan kakakku" Ginny menjawab pertanyaan dari kakaknya itu lalu duduk di pinggir jendela.

Aku duduk di sebelah Ron.

"Ada apa denganmu, Hermione?"

Ginny memperhatikan kami.

"Aku..."

"Ginny!"

Lagi - lagi jawabanku disela- Harry memeluk Ginny.

"Sepertinya kita harus keluar, Ron" kataku sambil nyengir.

"Tapi kau seperti tidak sehat"

"Aku tak apa" Aku berbicara sambil menarik tangan Ron.

Aku dan Ron melewati lukisan Nyonya Gemuk,

"Kita mau kemana?"

"Entahlah, Ron"

Ron memandangku, "Kau belum makan!"

"Aku tidak lapar"

"Tapi aku mau makan"

"Oh, kau makan sendirian saja, Ron. Aku ingin ke perpustakaan,"

"Ada yang aneh denganmu, Hermione,"

"Aku rasa juga begitu, aku ingin sendirian dulu,," Aku tersenyum, "Sampai ketemu nanti, Ron!"



~()~

Aku duduk di tempat favoritku di Perpustakaan. Aku telah mengambil buku Ramuan Masa Kini sebagai bacaan ringanku kali ini. Aku membaca--

Satu jam berlalu dan aku sudah melahap semua isi buku tersebut. Aku mengedarkan pandanganku. Hatiku mencelos!

Draco Malfoy? Sedang apa ia disini? Dia sedang melamun, menatap hampa buku di depannya.

kurasa ia berpikiran sama denganku, Perpustakaan memang tempat bagus untuk sendirian.

Draco menyadari jika ia sedang diperhatikan, Aku buru-buru menaruh perhatianku lagi ke buku.

Draco pergi- Aku segera mengembalikan buku bacaanku ke tempat semula. Aku berlari mengejar Draco..

"Malfoy! Tunggu!"

Draco masih terus berjalan,

"Draco Malfoy! Tunggu!" Akhirnya aku berhasil mengejarnya, kini ia hanya terdiam di tempat.

"Ada apa, Granger?"

"Aku minta maaf atas kelakuanku tadi, aku menyesal," Aku tidak berani menatap matanya.

"Apakah kau senang sekarang, Granger?"

Sekarang aku menatapnya, menelusuri makna dari pertanyaannya melalui mata peraknya.

"Ginny dan Cedric tidak ada apa-apa, dan sekarang kau tidak perlu menyembunyikan apapun dari Harry" Draco berhenti, "Kau juga tidak perlu berpacaran denganku!"

Draco pergi meninggalkanku. Aneh! Aku tidak mau dia pergi!

Draco berbalik, dia tersenyum, "Akulah yang harusnya minta maaf, Hermione.."

Dia berjalan lagi,

Hatiku melebur. Itu pertama kalinya dia memanggilku 'Hermione' dan aku kembali hanyut dalam airmataku.. Aku menangis-- untuk MUSUHKU! untuk PANGERAN HATIKU!



Episode 3 -::- Dilemaku - Pangeran Slytherin

Saat itu suasana hangat menyelimuti kelas ramuan, kelas favoritku. Professor Snape sedang berjalan berkeliling mengecek hasil karya murid-muridnya,

"Cukup untuk membuat orang pingsan, Mr. Longbottom!" kata Prof. Snape ketika melihat asap merah keluar dari kuali Neville. Wajah Neville pun ikut memerah sama seperti asap ramuannya. Sementara anak-anak Slytherin tertawa terbahak-bahak,

Prof. Snape berjalan ke kuali Draco, "Aku tau kau punya bakat di ramuan, Mr. Malfoy.." Draco tersenyum, Crabbe dan Goyle menepuk pundaknya.

"Dia menyombong seperti biasa," Ron berbisik ke Harry. Harry mengangguk menyetujui.

Aku mencoba tidak memperhatikan kejadian itu. Prof. Snape melewati kualiku dengan seringai di wajahnya. Itu berarti pujian bagiku walau tak seindah pujiannya ke Draco. Aku melihat ke arah Draco, ia sedang bercanda gurau dengan Pansy Parkinson- Aku memalingkan wajah.

"Ramuan Hidung-Mampet-- Lumayan untuk hari ini! Kalian harus terus berlatih," kata Prof. Snape dan matanya tertuju ke Neville.

"Silahkan keluar," perintah Prof. Snape ke murid Gryffindor dan Slytherin. Mereka bergerak ke pintu sambil berbisik-bisik. "Kecuali Mr. Malfoy dan Mrs. Granger," Prof Snape menambahkan.

Aku diam di tempat, apa yang akan terjadi?

Draco bergerak di sisiku tapi dia seolah menganggapku tidak ada. Dan akupun mencoba begitu juga. Aku ingin lupakan semuanya, menyakitkan jika mengingat hal itu.

"Kalian, bantu Aku membereskan ini semua!" kata Prof. Snape pelan, "Aku ada urusan.."

Aku mengangguk, tapi Draco nampak tidak setuju, "Tapi, Professor!"

"Ada apa Draco? Kau tidak ingin membantuku?" Prof. Snape melotot

"Tidak, bukan begitu,"

"Lalu? Kenapa?"

Draco tidak menjawab, tapi aku tau jawabannya, dia tak ingin bersama denganku! Hal itu membuat hatiku sakit, sebegitu besarnya dia membenciku?

"Tak menjawab, eh? Itu berarti kau setuju!" Prof. Snape pergi.

Aku segera membersihkan sisa-sisa pelajaran ramuan tadi dengan segera, aku tak ingin berlama-lama dengan Draco disini.

Aku rasakan tatapan Draco mengikuti setiap gerakanku, tapi dia hanya diam saja,

"Apa yang kau tunggu, Malfoy? Kau tunggu aku menyuruhmu?"

"Aku tak suka disuruh oleh penyihir rendah macam dirimu, Granger!" Draco marah namun ia mulai membersihkan kuali-kuali itu.

"Kalau yang kau maksud rendah adalah soal darah, Malfoy, aku tak setuju! Darah tidak menentukan segalanya!"

"Ah, tentu saja semua itu berpengaruh, Granger! Kau lihat mereka menganggapku apa? Pangeran dari Slytherin!" nada Draco terdengar memuakkan- dia kembali menjadi dirinya lagi, sebelum kejadian itu!

"Dan kau, Pangeran Slytherin? Apakah kau tau mereka menganggapku apa? Singa Kebanggaan! Aku dipanggil begitu bukan karena darah! Karena diriku sendiri!"

"Diam, Darah-Lumpur!"

Aku kaget, Draco mengeluarkan kata-kata itu! Darah mendidih di kepalaku, Aku mengambil belati perak di atas meja di sampingku.

"Apa yang akan kau lakukan, Granger?" Draco terdengar panik namun sikapnya tenang.

"Akan kubuktikan darahku sama murninya dengan darahmu!"

Aku menempelkan ujung belati yang berkilat itu di pergelangan tanganku,

"Apa kau bodoh, Granger?"

Aku menatap mata peraknya,

"Jika kau mati, semua orang akan mengira kau mati bunuh diri karena stres cintamu tidak terbalas olehku! Hahaha," Draco tambah menyebalkan.

"Najis! Siapa juga yang mencintaimu?" Aku melempar belati itu jauh-jauh.

"Kau yakin?" Draco mendekat dan memegang wajahku sama seperti dulu..

"I, i, iya!" Aku melepaskan wajahku dari tangannya, "Tugasku telah selesai, Malfoy! Sisanya tugasmu!" dan aku pergi meninggalkan Draco yang mematung.

Aku berjalan ke asrama Gryffindor ketika seseorang memanggilku,

"Hermione,"

"Oh, hai Cormac!"

"Kau mau kemana?"

"Er, ke asrama.."

"Ngapain?"

"Haruskah aku menjawabnya, Cormac?"

"Er, tidak juga sih, aku cuma..."

"Cuma?"

"Aku cuma ingin mengajakmu jalan-jalan ke Hogsmeade minggu besok.."

"Ah, aku tidak akan ke Hogsmeade, Maaf,"

"Tak apa, Hermione, Jika kau berubah pikiran, aku ada.."

"Thanks, Cormac,"

Aku berjalan kembali ke asrama.

"Hai, Mrs. Granger, lelah eh?"

"Kurasa begitu, Fat Lady.."

"Kau kurang sehat akhir-akhir ini, kau kebanyakan belajar!"

Aku melotot, "Kurasa bukan itu penyebabnya, CAPUT DRACONIS!"

Lukisan Nyonya Gemuk berayun ke belakang dan aku segera masuk ke pintu yang ada di baliknya.

Aku melihat Fred dan George duduk dikelilingi penghuni Gryffindor yang lain.

"Ada apa?" Aku penasaran.

"Hei, Hermione, aku tak sadar kau ada disini!" kata Neville dan aku balas tersenyum lalu aku duduk di sebelah Ginny.

"Fred dan George baru akan cerita kabar terkini yang mereka dapat" jawab Seamus

"Hohoho, tenang-tenang!" kata Fred selayaknya pemimpin pertandingan.

"Kalian harus sabar!" George menambahkan, mereka langsung saling berpandangan dan nyengir identik.

Aku tak akan mengenali mereka jika mereka tidak memakai sweater berinisial nama mereka.

"Ayo, cepat!" Ginny nampak tidak sabaran.

"Sabar, cewek Weasley.." Fred menengok ke George, "Mulai sekarang, kembaranku?"

"Ya, mereka sudah tidak sabaran! Hahahaha.."

"Aku yang mulai!" kata Fred

"Tidak, aku yang mulai!" sambut George

"Aku!"

"Aku!"

"Yang paling tua yang mulai!"

"Tapi siapa yang paling tua diantara kita?"

Aku tersenyum melihat ulah mereka, setiap hari ada saja yang diributkan.

"Ayolah, teman-teman, kalian bisa mulai bersamaan!" Harry menengahi

"Bersamaan? Ide bagus!" George tersenyum,

"Pangeran Slytherin," kata Fred

"Kita ternyata," sambung George

"Telah dijodohkan! Hahahhaa" kata mereka bersamaan.

"Benarkah?" tanya Lavender yang di sebelah Ron.

"Pangeran Slytherin? Draco Malfoy dijodohkan?" tukas Ron

Fred dan George nyengir.

"Kurasa itu yang kami dengar,"

"Wao! Seorang Draco Malfoy dijodohkan! Tak dapat dipercaya," kata Harry

"Kurasa keluarganya ingin dia memiliki pacar yang layak pada akhirnya," kataku

"Kau benar Hermione, tapi tetap saja berita yang bagus!" jawab Seamus

"Tak penting!" kataku sambil berjalan ke kamar.

"Ada apa dengannya?" tanya Neville

"Entahlah!" jawab Ginny

Aku membanting tubuhku ke tempat tidurku. 'Ini tidak mungkin! Draco tidak mungkin dijodohkan!'

Airmataku mengalir deras, 'Inikah sebabnya dia berubah sejak minggu lalu?'

Aku hanya bisa bertanya dalam hati dan tak ada jawaban---



Episode 4 -::- Dilemaku - Putri Untuk Pangeran
(EGANDA XIAO HUA - tokoh murni karangan aku :p (yang sirik ke laut aja! hahaha))

Ternyata gosip perjodohan Sang Pangeran Slytherin sudah menyebar ke seluruh penghuni Hogwarts, bukan hanya itu, Draco Malfoy malah sudah dikatakan bertunangan! Aku tak sanggup berkata apapun. Semuanya belum pasti, tapi aku tak punya keberanian untuk menanyai hal ini langsung kepadanya. Aku bukan siapa-siapanya.

Siang ini begitu menyengat. Bukan hanya karena matahari yang tumben memancarkan kehangatan yang terasa, tapi karena siang itu semua yang ada di Great Hall sedang membicarakan gosip terhangat saat ini,

"Perjodohan Pangeran Slytherin!"

"Kau sudah dengar beritanya?"

"Draco Malfoy? Pewaris tunggal keluarga Malfoy dijodohkan?"

"Pastilah dengan si Parkinson itu!"

"Mungkin,"

"Hei, kakakku bilang Malfoy dijodohkan dengan seseorang dari Ravenclaw!"

"Murid Hogwarts?"

"Bukan Parkinson? Oh, Syukurlah!"

"Siapa?"

"Eganda Xiao Hua dari Ravenclaw,"

"Seperti apa dia?"

"Hua? Oh, Putri Hua? Gadis manis dan pintar dari Ravenclaw?"

"Tapi kurasa berita itu tak benar, aku tak pernah melihat Malfoy jalan dengannya!"



Huh!

Aku membanting buku yang kubawa ke meja Gryffindor.

"Ada apa, Hermione?" tanya Ginny yang duduk di sebelahku. Harry dan Ron juga menunggu jawaban.

"Apakah tak ada yang menarik selain gosip tentang Malfoy itu?" Aku bertanya dengan penuh kekesalan.

"Tenanglah, Hermione. Malfoy memang cukup populer." kata Harry sambil meneguk jus labunya.

"Lagipula, belum tentu hal itu adalah gosip, Hermione!" Ron menambahkan.

"Dan kenapa kau tampak kesal?" lanjut Ginny.

"A.. Aku.. Hei! Kalian jangan berbicara seperti itu! Aku tak bisa jawab semua begitu saja!" Aku menunduk, Harry menggeleng, sementara Ron dan Ginny melanjutkan makannya.

"Sepertinya kalian menikmati makanan itu,"

"Nick!" Aku, Harry, Ron dan Ginny kaget mendengar Nick Si Kepala Nyaris-Putus yang tiba-tiba sudah ada di sebelah Ron.

"Mau?" Ron menawarkan pancake-nya ke Nick. Aku dan Ginny memelototinya.

"Kau sungguh baik, Nak! Tapi Aku tak bisa meskipun ingin," suara hantu Gryffindor itu terdengar lesu.

"Oh, Ron tida bermaksud seperti itu, Sir. Nicholas!" kataku

"Tak apa, Ms. Granger. Kau baik- baik sekali,"

Aku tersipu mendengar pujian itu sementara Ron menunjukkan wajah yang tidak menyenangkan, dan tanpa pikir panjang aku menginjak kaki Ron.

"Ouch!"

"Kenapa Ron?"

"Ntahlah Ginny, sepertinya nyamuk disini besar-besar!" Ron menekankan kata nyamuk sambil meliriku. Aku berpura-pura tidak mendengar hal itu karena Nick sedang bercerita,

"Yah, kalau saja bukan karena Putri Ravenclaw itu menolongnya, mungkin dia sekarang sedang di bawah pengobatan madam Pomfrey.." kata Nick yang aku tak tahu awal ceritanya.

"Putri Ravenclaw?" tanya Ginny

"Yeah! Putri Hua! Eganda Xiao Hua," lanjut Nick

"Oh, bagus! Sekarang ada Putri Ravenclaw! Pasangan dari Pangeran Slytherin! Lalu? Siapa lagi? Putra Mahkota Hufflepuff?" Ron melucu

"Aku tak pernah dengar tentang dia kalau dia memang sehebat itu!" kata Harry

"Yah, kau hanya tau tentang Cho. Ya kan, Harry?" Ginny tampak sewot

Muka Harry merah padam dan Ron tertawa melihat tingkah mereka.

"Aku tau siapa gadis itu.." lanjut Ginny

"Kau kenal dia, Ginny?" tanyaku heran

"Yah, Cedric menceritakannya.." kata Ginny

"OO yaa, Cedric menceritakannya!" ulang Harry dengan nada dibuat buat. Ron semakin terbahak.

"Cedric menceritakannya dua minggu yang lalu, Eganda Xiao Hua atau dia lebih senang disapa Egand adalah teman akrab Cho," lanjut Ginny tanpa memperdulikan Harry dan Ron.

"Seperti apa dia?" pertanyaan ini begitu saja keluar dari mulutku- dan aku teringat salah satu orang yg kudengar tadi.

"Pintar, menarik, baik, dan cantik!" kata Nick

"Yah, seperti itu pula yang dikatakan Cedric kepadaku. Berambut keriting panjang bergelombang dan hitam kecoklatan, kulitnya eksotis namun indah bagi siapapun yang melihatnya. Putri dari Ciato Hua dan Xianta Hua, bangsawan penyihir terkenal,"

Ron tersedak, "Benarkah ada gadis seperti itu? Hei! Dia sempurna!"

"Kau benar, Ron. Dia juga berdarah murni-" aku menghela nafas panjang.

"Hei! Lihat! Dia ada disana!" seru Ginny

Aku langsung melihat ke arah meja Ravenclaw, ada rombongan gadis sedang bercengkrama disana. Namun tak susah bagiku untuk menemukan 'putri' itu melalui deskripsi Ginny, dia duduk di sebelah Cho dan Yah! Dia sempurna!

"Bloody Hell! Aku tak pernah melihat gadis seperti itu!" kata Harry setelah mata kami semua tidak lagi memandang meja Ravenclaw.

"Tapi pastilah dia mengenalku, aku kan seeker terhebat Hogwarts!"

Harry dan Ron tertawa.

"Jangan mulai deh!" kata Ginny

Mataku kembali menelusuri seluruh Great Hall dan berhenti di meja Slytherin. Aku melihat Draco Malfoy sedang melamun tapi matanya menuju meja Ravenclaw- ke Sang Putri!

"Ah, aku ada kelas setelah ini!"

Aku membereskan buku lalu bergerak ke kelas Mantra.



-----------



"Selamat Siang, anak-anak!"

"Siang, Professor!"

"Kita akan berlatih mantra LEVICORPUS-LIBERACORPUS! Carilah pasangan!"

Tok..Tok!

Terdengar seseorang mengetuk pintu lalu bunyi pintu dibuka.

"Maaf saya terlambat, Professor Flitwick!" sang Putri membungkuk

"Tak apa, Ms. Hua!" mata Prof. Flitwick mengelilingi kelas, "Kurasa kau harus berpasangan dengan Ms. Granger, hanya dia yang belum menemukan pasangan,"

Aku memandang sekeliling. Prof. Flitwick benar. hanya aku yang masih sendirian. Aku menghela nafas panjang.

"Iya, Sir!" kata Eganda

"Apa kau keberatan, Ms. Granger?" tanya Professor.

"Tidak! Tentu saja saya senang bisa berpasangan dengannya," Aku memberikan senyum ke Eganda lalu dia menghampiriku.

"Bagus! Sekarang anak-anak, baca buku di hadapan kalian sebelum memulai pelajaran ini!" kata Professor sambil berjalan.

"Hai, Hermione! Kita baru bertemu sekarang. Iya kan?"

Kata-katanya halus dan penuh sopan santun.

"Oh, iya, senang bertemu denganmu, Eganda,"

"Egand, panggil saja Egand,"

Aku mengangguk, "Oke, Egand!"

"Senang bertemu denganmu, Hermione. Draco banyak cerita tentangmu...."



Episode 5 -::- Dilemaku - Luka Di Tepi Hogsmeade

"Benarkah?"

"Ya, kepintaranmu, keberanianmu, pengabdianmu kepada Hogwarts dan... darahmu," Egand menambahkan dengan pelan.

"Oh," hatiku mencelos, itukah anggapan Draco Malfoy kepadaku? Ia masih membawa status darah dalam kehidupannya! Kenapa aku harus menyukainya? EH, ralat! Kenapa aku sempat menyukainya?

"Hermione?" panggil Eganda ketika ia sadar aku melamun.

"Er, jadi benar.." Aku hendak bertanya sesuatu.

"Apa?"

"Kau.. Kau tunangan Draco Malfoy?"

"Ah, iya. Mom dan Dad sudah lama kenal dengan orangtuanya Draco, dan aku juga senang bisa bertemu Draco. Dia hebat! Iya kan?"

"Eh? Hm, mungkin.. begitulah," kataku belepotan

Eganda tersenyum, "Aku baru pertama kali merasakan jatuh cinta, Hermione,"

Jam demi jam terlewati, dan pelajaran Mantra-pun selesai.

"Pelajaran hari ini cukup, Anak-anak! Selamat menikmati akhir pekan," kata Professor Flitwick sambil tersenyum.

"Aku senang bisa berkerjasama denganmu, Hermione Granger!" Eganda menawarkan untuk berjabat-tangan, senyum manis tersungging memperlihatkan lesung pipinya.

"Iya, Egand," aku juga tersenyum.

"Met weekend!" kata Eganda sambil berjalan bersama rombongan Ravenclawnya.



~~~~

Aku bangun seperti biasa, meskipun hari ini hari Minggu, aku tak ingin melewatkan indahnya matahari pagi yang melewati jendela kaca kamar perempuan.

Aku bergerak ke ruang rekreasi,

"Hei Hermione!" Neville menyapaku

"Hei Neville!"

"Apakah kau mau makan di Aula Besar, Hermione. Aku baru akan kesana, kau mau bareng?"

"Oh, tentu Neville. Em, apakah Harry dan Ron sudah bangun?"

"Sudah, kamar laki-laki kosong. Pasti mereka ingin cepat-cepat ke Hogsmeade,"

Hogsmeade? Oh, aku lupa! Hari ini boleh ke Hogsmeade, tapi, aku sudah bilang ke Cormac kalau tak akan kesana. Ah! Masa bodoh dengannya!



"Pagi Harry, Ron, Ginny, Fred, George, Seamus," Neville menyapa siapapun yang ada di meja makan Gryffindor sementara aku hanya tersenyum. Aku duduk di sebelah Ron dan berhadapan dengan Harry.

"Ayo kita makan dengan cepat!" Ron bersemangat.

Aku mengambil roti dan memasukkannya ke mulutku, mengunyahnya perlahan.

"Minggu yang cerah di Hogsmeade, aku tak sabar," Harry ikut bicara.

"Ya, ya, cocok untuk refreshing setelah kepenatan seminggu ini! Apalagi kau, Hermione!"

Aku melotot ke Ron, "Kau saja yang menganggap semua pelajaran ini sulit!"

Harry dan Ginny tertawa.

"Sedang senang rupanya, eh?"

"Pagi Fred-George!" sapa Ginny

Fred dan George duduk di sebelahku.

"Kalian ke Hogsmeade?"

"Hentu Hajah!" kata Ron dengan mulut yang penuh makanan.

"Habiskan dulu makananmu sebelum bicara, Ron!" aku menasehatinya.

"Kalian berdua?" tanya Harry ke Fred dan George

"Tentu! Kami akan melihat pasangan terheboh minggu ini!" kata George

"Ya, ya, kencan pertama PANGERAN dan PUTRI!"

"Apaa?" Aku tersedak

"Habiskan dulu makananmu sebelum bicara, Hermione!" Ron mengulangi kata-kataku tadi. Aku pura-pura tidak mendengarnya.

"Pangeran Slytherin dan Putri Ravenclaw?" tanya Ginny

Kedua kembar Weasley itu tersenyum.

"Darimana kalian dapat gosip seperti itu?"

"Oh, Harry, kami kan reporter yang hebat dan cepat!" jawab Fred

"Gantikan saja Rita Skeeter kalau begitu!" sambut Ron

"KAU GILA!" kata Fred dan George bersamaan sambil menjitak kepala adiknya itu.

Kami semua tertawa melihat muka merah Ron-- Pagi yang hangat!



"Kita mau kemana?" tanyaku ke Ginny, Harry dan Ron. Tapi Ron yang menjawab,

"Three Broomstick! Ayooo!"

Kami memilih tempat duduk yang bagus di Three Broomstick, yang dapat melihat seluruh bagian tempat minum itu.

"Aku mau ke toilet," pamitku. Aku merasa rambutku berantakan ditiup angin.

Ketika aku berjalan ke toilet, aku melihat Eganda dan Draco berjalan keluar dari Three Broomstick. Mengikuti kata hatiku, aku berjalan di belakang mereka. Aku berjalan mengendap-endap mengikuti mereka. Mereka berhenti di bagian samping Shrieking Shack- tempat dulu Aku, Harry, dan Ron sempat mengerjai dirinya dan genk Slytherinnya. Kenapa Draco mengajak Eganda kesini?

"Gand," Draco mulai berbicara. Aku mendekat untuk mendengar apa yang mereka bicarakan, hingga posisiku sekarang sedang bersembunyi di balik semak-semak.

"Kenapa, Draco?"

Aku menajamkan pendengaranku, tapi aku tidak mendengar jawaban Draco. Aku mendengar desing lebah semakin kuat. Aku menengok mencari lebah itu, tapi tampaknya lebah itu telah menemukan landasan pacu yang salah. Ia punggung tanganku.

"Ouch!" aku berteriak dan langsung mengutuk diriku sendiri.

Bodoh!

"Siapa disitu?" tanya Eganda

Eganda dan Draco bergerak ke arah tempat persembunyianku.

"Granger? Sedang apa kau disini?" Malfoy heran sekaligus marah

"Aku mencari lebah," jawabku asal

"Hermione, tanganmu!" Eganda merasa kasihan melihatku, "Akan kuambilkan ramuan penyembuhnya, tadi ada temanku yang membawanya. Tunggu disini!" Eganda berlari hingga akhirnya menghilang. Meniggalkanku bersama Draco.

"Katakan apa yang kau inginkan!" Draco tampaknya tak puas dengan jawabanku tadi

"Eh?"

"Kenapa kau mengikuti kami?"

"Siapa yang--"

"Siapapun tau kalau kau mengikutiku, Granger!"

Aku tidak menjawab.

"Kenapa?" tanya Draco lagi.

Tapi aku tak punya jawaban, aku tak mengerti kenapa aku mengikuti mereka.

"Aku.. tidak tau,"

"Jawaban apa itu? Tak masuk akal!"

"Kenapa kau marah padaku?" tanyaku

"Karena kau membuntutiku!" jawab Draco pedas, "Kau merusak acaraku!"

Aku tak dapat menahan airmataku, teganya ia berkata seperti itu.

"Kau.. menangis?"

Aku segera bangkit dan berlari meninggalkan Draco, Aku membencinya! Hatiku terasa panas, bahkan lebih panas dari sengatan lebah di tanganku--

Seseorang mengukir luka di hatiku, luka dari DRACO MALFOY!



Episode 6 -::- Dilemaku - Hermione Dan Perasaannya

"Hermione, kau lama sekali, kami sudah memesankanmu butterbeer,"

kata Ron sambil melihatku kembali duduk. Ia tak menyadari jika aku sempat keluar dari Three Broomstick.

"Ah, yaa.. Maaf!"

"Hei, tanganmu kenapa?" tanya Harry ketika melihat punggung tanganku yang bengkak

"Seperti disengat lebah.." sambung Ginny

"Jangan melucu, Ginny. Di toilet tak ada lebah, ya kan, Hermione?" lanjut Ron

"Er-- seseorang salah menggunakan mantar tadi," aku mencoba menjelaskan sebisaku. Tampaknya mereka percaya saja karena tidak mengungkit pembicaraan ini lagi.

"Halo semua!" sapa dua orang yang suaranya sudah sangat kukenal.

"Hei, Fred-- George--" balasku, Ginny dan Harry hanya tersenyum

"Hari yang indah, bukan?" tanya George

"HEI!! itu milikku!" teriak Ron, ternyata Fred telah meminum butterbeer-nya.

"Aku hanya memintanya, adikku!" Fred nyengir

"Huhh~" Ron merengut

"Apakah kalian melihat sepasang putri dan pangeran itu?" Harry bertanya dan aku tersedak.

"Tidak!" jawab Fred dan George bersamaan, mereka tampak kecewa.

"Hanya Ced dan Cho," kata George

"Juga Cormac!" lanjut Fred, aku tersedak lagi.

"Cormac?" tanyaku

"Ya, dia baru saja keluar dari sini. Wajahnya tampak murung dan marah, kenapa?"

"Ah!" Hatiku melengos, aku lupa bilang padanya, "Aku lupa kalau dia mengajakku ke Hogsmeade bersamanya, tapi waktu itu aku bilang takkan datang kesini," Aku menutup mukaku dengan tangan. Merasa malu.

"Hahaha, aku ingin lihat wajah Cormac!" Ron tertawa

"Diam, Ron!" aku meneriakinya

"Ayo balik ke kastil!" ajak Harry



~~~

"Aku ingin tidur siang!" kata Ron. Dia dan Harry segera naik ke kamar laki-laki. Fred dan George tidak ada di ruang rekreasi, entah apa yang mereka lakukan sekarang. Ginny duduk di sofa depan perapian. Aku duduk disebelahnya, menghela napas,

"Dilema, Hermione?" Aku menengok ke arah Ginny

"Maksudmu?"

"Aku tahu kau punya rasa terhadap Malfoy,"

"A, Apa? Jangan ngaco!" aku geregetan dan melempar pandangan ke perapian

Ginny melihat ke arahku, "Aku melihat kau tadi keluar dari Three Broomstick,"

Aku hanya bisa mengangguk.

"Kau mengejar Eganda dengan Draco, benar?"

Aku mengangguk lagi

"Kau menyukai Draco?"

Aku menggeleng

"Benarkah?"

"Entahlah, Ginny. Aku sendiri bingung!"

"Sejak kapan?"

"Eh? Aku tak tahu,"

"Bagaimana dengan Ron?"

"Apa?"

"Kurasa kau ada rasa dengannya,"

Aku terdiam sejenak, "Kurasa tidak,"

"Karena Draco?"

"Aku tak tahu, Ginny!" Aku bergerak ke kamar, meninggalkan Ginny sendirian.

"Kau harus tahu isi hatimu," kata Ginny tapi aku tak menjawabnya dan terus bejalan ke kamar.



~~~

Aku berbaring di ranjangku. Aku gelisah, tak bisa tidur padahal aku sangat lelah dengan kejadian semua ini.

"Draco---" aku berbisik

Seseorang membuka pintu,

"Kau tidur?"

"Tidak, Ginny. Kenapa?" Aku duduk di tempat tidur

"Seseorang mencarimu di depan lukisan Nyonya Gemuk,"

"Siapa?" aku takut kalau orang itu adalah Cormac

"Eganda Xiao Hua dari Ravenclaw,"

Aku bangkit dan mengucir rambutku yang berantakan,

"Thanks, Ginny,"

Ginny tersenyum, "Kau mau menceritakan semuanya nanti?"

Aku balas tersenyum, "Pasti, tapi tidak sekarang.."



~~~

"Egand?"

"Hermione, tanganmu sudah tak apa? Aku membawakan obatnya!"

"Tidak perlu!"

"Kenapa? Tadi aku meyuruhmu menungguku kan? Tapi ketika aku balik kau sudah tak ada,"

"Aku tak harus ada disana, kan?"

"Apakah Draco mengatakan sesuatu kepadamu sehingga kau marah?"

"Aku tidak marah!!"

Eganda terdiam,

"Kurasa kau harus kembali ke asramamu. Aku lelah--"

Eganda mengangguk, "Maaf jika mengganggumu, daah!"

Aku berbalik dan mengucapkan kata kunci ke lukisan Nyonya Gemuk

"Kau galak!" kata Nyonya Gemuk

"Benarkah?" Aku tak sadar jika aku tadi marah-marah ke Eganda dan sekarang aku menyesal. Kenapa aku marah? Draco kah? Aku tambah pusing sekarang--

Dilemaku? Urgh!



Episode 7 -::- Dilemaku - Awal Bagi Akhir (ending)

Hermione,

"Aku ternyata memang mencintai Draco, tapi itu dulu! Sudah bertahun - tahun lalu lamanya. Dan-- saat ini dan masa depanku hanya Ron. Ya! Dia yang kini mengisi hatiku, menemaniku melewati hari, menggantikan Draco. Aku tak menyesal telah mencintai Draco, dia telah cukup mengisi hariku walaupun dengan dilema.. Kenyataan bahwa Draco-pun sudah memiliki istri dan anak tidak terlalu menggangguku lagi. Sepenuhnya aku mencintai Ron, aku dan Ron juga telah memiliki Rose dan Hugo. Betapa senangnya aku sekarang! Aku mencintai orang yang mencintaiku.. Aku tidak membenci Eganda walaupun dia pernah menjadi penghalang cintaku. Tapi dia tidak salah. Dia orang yang baik. Dia pantas untuk Draco. Aku menyesal ketika mendengar mereka memutuskan pertunangan itu. Eganda tidak menceritakan apapun tentang kejadian itu. Memang sempat aku mendengar bahwa Eganda-lah yang memutuskan pertunangan itu, tapi tetap tidak ada tanggapan apapun dari kedua belah pihak. Draco juga sekarang bersikap baik kepadaku, Harry dan Ron setelah pertempuran Hogwarts. Dia menemukan jati dirinya,"



Draco,

"Astoria dan Scorpius adalah hidupku sekarang. Aku memang lelaki yang hina dan tidak berharga! Hanya bisa membuat orang yang mencintaiku merasakan kepedihan yang amat sangat. Aku amat bersyukur, Hermione dan Eganda telah bahagia dengan yang lain,"



Eganda,

"Mungkin inilah yang selalu akan aku rahasiakan, penyebab retaknya hubungan pertunanganku dengan Draco. Hermione pernah menanyaiku soal ini. Tapi aku tak pernah menjawabnya. Biarkan hanya aku yang tahu. Hal ini akan selalu aku rahasiakan, tak seorangpun tahu tak terkecuali, Justin Bieber, suamiku. Sejak putusnya aku dengan Draco, aku berjalan-jalan ke Canada dan disanalah aku menemukan belahan jiwaku. Muggle memang, tapi aku mencintainya seperti ia mencintaiku.."



Ginny,

"Hermione sudah bahagia sekarang. Ia telah menceritakan semuanya kepadaku dan aku tak senang melihatnya depresi begitu berat karena Draco! Namun semuanya sudah lewat, aku beruntung memiliki kakak ipar sepertinya,"



Ron,

"Aku mencintai Hermione dan tak akan pernah berubah!"



Harry,

"Kami semua keluarga besar, Eganda bahkan juga Draco.. Merekalah yang telah membantuku membasmi Voldemort. Semua akhir kini jadi awal yang indah.."



~~~~~~~~~~~~~~



"Mom!" Hugo berlari ke arahku bersama Lily.

"Ya, Nak?"

"Kami ingin melihat toko milik paman George!" kata Lily, matanya bersinar-sinar.

Ginny yang ada disampingku hanya tersenyum.

"Ah ya, setelah Hogwarts Express yang mengantar kakakmu berangkat," aku membelai kepala Lily dan Hugo.

Aku melempar pandangan ke Hogwarts Express di depanku, sebentar lagi akan berangkat. Tiba-tiba Ron berteriak dan aku melihat ke arah mana dia sedang melihat.

Sosok 3 orang terlihat di balik asap. Draco-- Dia mengangguk dan aku balas tersenyum, ia sama bahagianya denganku sekarang, mengantarkan sana anak menuju sekolah sihir paling hebat.

"Aku ingin melihat Eganda yang sekarang," Harry berkata

Aku, Ginny dan Ron memandangnya.

"Hei! Kenapa kalian melihatku seperti itu?" Harry gelagapan

"Kau kangen, yeah?" Ginny berbicara, tangannya bersedekap tapi aku tahu dia tidak serius.

"Kurasa dia sedang berjalan - jalan bersama suaminya yang penyanyi muggle itu, apa bagusnya muggle?" celetuk Ron

Aku memelototi Ron, ingin rasanya aku injak kakinya tapi tidak baik dihadapan anak dan keponakanku.

"Mertuamu muggle tau!"

Muka Ron memerah, Ginny dan Harry tertawa. Sementara Lily dan Hugo sibuk berbicara, mereka mengamati Hogwarts Express dengan seksama. Aku rasa mereka ingin mempercepat jalannya waktu. Mereka ingin pula seperti kakak-kakak mereka yang telah lebih dulu merasakan duduk di kompartemen Hogwarts Express.

Suara peluit dari Hogwarts Express terdengar. Kereta sihir itu mulai berjalan pelan-pelan hingga akhirnya hilang, tanpa sadar aku menitikkan air mata dan tiba - tiba Ron merangkulku.

"Ayo, Mum!" eh? Hugo menarik-narik tanganku.

"Ayo!" kata Ginny

"Apakah George masih akan memberiku barang gratis?" Harry tertawa

"Jangan gila, sobat! Aku lah yang dapat gratisan," kata Ron sambil memukul pundak Harry

Semuanya tertawa lagi,

"Hari yang indah," aku berdesis

============
hope you like it!!

James Potter And His Magically World - 1

DISCLAIMER :: semuanya milik Bundah Rowling!! Egand hanya minjem!!

Suasana Aula Besar pagi ini seperti biasanya, ramai. Murid-murid duduk di meja panjang asramanya masing-masing. Mereka makan, membaca Daily Prophet, atau bersenda gurau dengan teman-temannya.

"James, kau harus mencoba jebakan-permen-pedas ini untuk Malfoy!" ucap Sirius sambil menggoyang-goyangkan kantung yg dibawanya di hadapan James. James tampak bersemangat,

"Coba kulihat!" James mengambil kantung itu dari tangan Sirius, Sirius memasang muka berharap rencananya diterima.

James mengeluarkan sebutir permen bundar berwarna merah, memperhatikannya dengan seksama, lalu kembali menghadap Sirius di sebelahnya, "Tidakkah kau berpikir ini terlalu mencolok, Sirius?" Peter tertawa terbahak-bahak di tempat duduknya. Ia memukul - mukul meja dengan genggaman tangannya.

"Diamlah, Wormtail! Kau membuat meja kita berantakan!" bentak Remus.

Peter langsung diam dan mengeluarkan kata-kata tak terdengar, kau-yang-diam-serigala!

James menggeleng-gelengkan kepalanya, Sirius berbicara lagi, "Kau patut mencobanya, Prongs!"

"Aku?"

"Iya," Sirius mengiyakan diikuti anggukan Remus dan Peter.

James memperhatikan lagi permen-pedas yang ada di tangannya lagi dan pelan-pelan mendekatkan permen itu ke mulutnya. James menggigit bagian kecil permen itu,

Mukanya memerah, James tampak sangat kepedasan! Dia mengambil jus labu miliknya dengan cepat, merasa kurang, ia mengambil jus labu milik Sirius juga.

Peter, Remus, dan Sirius mentertawakan sikap James. James hanya memandang kesal mereka..



-----



"Mereka berisik!" ucap Lily sambil memandang keempat pembuat onar Hogwarts itu

"Yah! Itulah mereka, Lily!" jawab seorang gadis yang duduk di sebelah Lily

"Aku tak suka sikap mereka, apalagi si James, dia terlalu sok!"

"Jangan bicara seperti itu, benci bisa jadi cinta!"

"Tak akan!" Lily bersungguh-sungguh, ia memandang James sekarang, cowok yang tingginya biasa saja, rambutnya berantakan, kacamatanya miring, dan sikapnya yang menyebalkan itu. Lily bergidik, tak ada satupun dari sifat James yang disukainya.

"Lily?" Snape berbicara di belakang Lily

"Hai, Sev!" Lily terkejut karena Snape membuyarkan lamunannya.

"Setelah ini kau ada pelajaran Ramuan, kan? Ayo kita barengan!"

"Oh, ayo!" Lily bangkit dari tempat duduknya dan berjalan bersebelahan dengan Snape keluar dari Aula Besar.



-----



"Hei, Prongs!" kata Peter

"Apa?" tanya James

"Lily Evans! Bersama......... " balas Peter sambil menunjuk ke pintu Aula

James, Sirius, dan Remus melihat ke arah yg ditunjuk Peter.

"Snivellus," mereka berempat berkata serempak.

Setelah Lily dan Snape menghilang dari pandangan mereka, James tampak kesal.

"Si Rambut berminyak itu--" desis James

"Prongs!" celetuk Sirius

"Kau berpikir hal yang sama, Padfoot?" tanya James

"Kalian mau apa?" Remus tampak cemas

"Jangan khawatir, Moony! Kau tau kan kita pembuat onar nomor satu Hogwarts?!" tanya Peter

"Tentu, tapi, jangan berlebihan!"

"Kita hanya akan buatnya jera, ya kan, Prongs?" Sirius mencari teman, James mengangguk.

"Oke, aku ikut!" Remus menyerah, yah, dia memang berteman dengan pembuat onar, dan dia bangga.

"Kapan?" tanya Peter

"Ketika aku menikah dengan Lily! Ya sekarang, Wormtail!" jelas James

Sirius dan Remus tersenyum,

Kamis, 11 Maret 2010

Main Air = Renang?

Beberapa hari yang lalu,
Pelajaran olahraga di sekolah Egand, RENANG!
Haduuuuuh!! Egand paling gak bisa n' gak berani namanya renang!
Endingnya? Pas penilaian Egand cuma diem ditempat.. Untung gurunya pengertian kalo muridnya yang cantik ini tak bisa berenang :D
Hahaha, terus pas temen-temen pada mainan di kolam yang cetek, Egand ikut doank :p
Tapi gak renang, cuman mainan air wkwk..
EH!!
Jangan kira Egand bisa renang walopun dikit... CKCK!! Egand mah gak bisa renang SAMA SEKALI!
Padahal Egand seneng banget mainan air, tapi kalo renang? OH GOD! Mendingan nulis cerpen aja hahahaha XD

Keesokan harinya ada temen yang nanyak, "Eh, Kakimu sakit gak habis renang?"
Dengan wajah polos dan imut, Egand jawab, "Nggak, Aku kan nggak renang.."
temen, ".................."

Egand pernah berkhayal dengan ketidakbisaan Egand renang, mungkin bakal ada pangeran cakep (jangan lupa!) yang nyelametin Egand.. Hahahha,,
Maklum yaaah, korban sinetron :p

Yah, mungkin, suatu hari nanti Egand bakal belajar renang..
Mungkin...