Kamis, 27 Mei 2010

Belati Perak Xia

Rose mengambil belati perak di atas mejanya. mendekatkan ujungnya yg mengkilat ke pergelangan tangannya - menyayatnya perlahan. Rose tersenyum, "aku.. bebas..."

(di atas meja, ada sepucuk surat "roselna, terimakasih telah membunuhku! aku menantimu di surga..")



~



"BODOH..!" Xia mengobrak - abrik semua yg ada di atas meja. mengambil belati perak yang memang sengaja ia taruh disana. sekali lagi melihat ke tubuh Rose yg tak bergerak. sesuatu terlintas di benaknya- Xia keluar dan membanting pintu. meninggalkan saudarinya tidur dalam keabadian yang sempurna- senyum kehampaan menghiasi wajahnya. Rose sekarang bebas..



2 bulan kemudian~



Ruangan putih berbalut emas pastinya membuat kehangatan bagi siapapun yang berada di ruangan itu, namun, seperti hanya hiasan yang tak bergerak- kehangatan itu tidak bisa memasuki hati seorang yang tengah duduk membaca koran. Matanya memang tertuju ke koran, tapi pikirannya sedang berkelebat..



"Tuan..?"

Seorang pria gagah berusia sekitar 30 tahunan menyapanya penuh hormat. Yang disapanya mengalihkan pandangan dari koran,

"Duduk, Tuan Joe!"

Tuan Joe duduk di depannya.

"Ada kabar baru?"

Tuan Joe terdiam seakan memilih setiap kata yang akan keluar. Sang Tuan Rumah menyeruput kopi paginya sambil menunggu.

"Er, Yaa.. Kami telah mengetahui arti semua kejadian yang ada disini. Dan juga pelakunya.."

Tuan Rumah menatap mata tamunya itu,

"Siapa?"

"Hm, Putri Anda, Tuan. Miss. Xia.."

"Oh," Tuan Rumah terdengar biasa saja.

"Tuan, Kenapa Tuan biasa saja? Miss Xia sudah berbahaya sekarang-" Katanya sambil melirik Tuan Rumah.

"Joe, Saya sudah tahu apa yang diperbuat Xianta. Meskipun ia yang membunuh ibu dan kakaknya sendiri, hanya ialah keluarga yang Saya punya.. Dia masih anak Saya,"

Joe terdiam, "Maafkan Saya Tuan, Saya tahu.. Tetapi, Dia bisa saja mencelakakan Tuan juga. Saya rasa Miss. Xia perlu dipindahkan- diobati..."

"Jika Xia ingin membunuh Saya, Saya siap.. Dan Joe, bukankah kau tahu? Bahwa Xia tidak dapat diobati? Saya menghargai Anda yang membantu Saya menyelidiki ini semua. Terimakasih! Dan Saya rasa, bantuan Anda sampai disini saja. " Tuan Rumah menyeruput kopinya kembali.

"Maafkan Saya Tuan!"

Joe berbungkuk memberi hormat dan keluar.

Sang Tuan Rumah juga berdiri, bergerak menyusuri sebuah lorong kecil yang ujungnya terdapat pintu kayu mungil namun klasik.

Xianta Hua sedang memahat sebuah nama 'MAMA' di dinding menggunakan belati peraknya-

Tuan Rumah berdiri di depan pintu, menatap sedih anaknya.. Air matanya mengalir.

"Mama.. Mama.."

Xia berdesis sambil terus memahat,

Tuan Rumah mendekati anaknya, memeluknya penuh kasih sayang....

"Kau masih anakku,"





** Rose, Kakak Xia. Meninggal dengan tenang- Dia tidak pernah membunuh siapapun. Surat itu adalah kiriman dari Xia.. Xia meneror kakaknya dengan surat - surat sejenis. Hingga akhirnya Rose bunuh diri. Dia bebas dari adiknya..



** Nyonya Hua, ibu Xia. Setahun yang lalu meninggal dengan tenang. Xia yang membunuhnya. Ketika itu Xia sedang mengamuk di dapur karena tidak boleh keluar. Dia memegang belati perak di tangannya. Ibunya berusaha mengambil belati itu, namun, Belati itu menancap tepat ke jantung Ibu Hua. Xia hanya tersenyum-



(Xianta Hua, menderita penyakit yang dirahasiakan oleh keluarga Hua.. Sejak kecil, ia senang melihat darah... Sejak ulangtahunnya yang ke 4 ia diberi hadiah belati perak oleh yang tidak dikenal)



----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Thanks To::

.Tuhan Yang Maha Esa (Tanpa-Nya, crita ini tak akan bermakna)

.Kak Vitrie Q. Aerru Gfamz (dapet inspirasi dari catatannya :D)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar